MULTIPLIER EFFECT KEPINDAHAN IBUKOTA NEGARA INDONESIA
Doc Pribadi |
Dalam
perjalanan sejarah peradaban dunia, pemindahan ibukota negara merupakan
perencanaan dan tindakan yang sangat lumrah dilakukan oleh suatu negara
sepanjang perencanaan dan kalkulasi dilakukan dengan benar secara obyektif. Terdapat
ada beberapa negara yang terlebih dahulu memindahkan ibukota negara ketempat
yang baru seperti Korea Selatan.
Pemindahan
ibukota negara ke tempat baru bukanlah tanpa alasan melainkan didorong berbagai
motif dan latar belakang supaya negara tersebut berhasil dalam mencapai
goalsnya.
Perlu
diingat bahwa pemindahan ibukota negara lebih menjanjikan (perubahan) apabila
dipertimbangkan dengan berbagai aspek mulai dari anggaran biaya, lokasi, luas
lahan, dan daya tampung.
PERMASALAHAN KLASIK DI IBUKOTA
Jakarta
salah satu kota terpadat didunia, banyak faktor menyebabkan laju pertumbuhan
penduduk DKI terus meningkat setiap tahun, salah satunya adalah tingkat
urbanisasi ke Jakarta yang mencapai 70.752 orang
atau bertambah
tiap tahun.
Urbanisasi disebabkan adanya kesempatan kerja di perkotaan dan
perbedaan selisih pendapatan upah minimum antara desa dan kota. Urbanisasi bisa
menggerakkan roda perekonomian nasional melalui sektor informal perkotaan
seperti pedagang kaki lima pada umumnya. Namun urbanisasi akan menimbulkan
pengangguran baru diperkotaan bila tidak dikendalikan dengan baik.
\
\
Tingginya
arus urbanisasi ke DKI Jakarta membuat jalanan tumpah ruah sehingga dipenuhi
pengendara motor dan mobil. Akibatnya kemacetan menjadi problematika tertinggi
dalam prioritas penyelesaian masalah di Jakarta. Belum lagi kondisi tersebut
merambah ke pencamaran lingkungan, salah satu dampak yang ditimbulkan tentunya
polusi udara yang kotor. Belum lagi persoalan penurunan permukaan tanah di jakarta, banyak isu yang mengatakan ibukota Jakarta
akan tenggelam.
Kelayakan kota Jakarta sebagai ibukota jadi pertanyaan
berbagai pihak, banyak yang mengatakan ibukota harus segera pindah terutama diluar
pulau jawa. Permasalahan tersebut lahir atas terpusatnya pembangunan seperti
pembangunan infrastrtuktur dan perekonomian terutama dipulau jawa telah menjadi
primadona yang menggoda bagi pendatang untuk urban ke Jakarta.
Ekpekstasi dan urgensi kepindahan
ibukota
Pemerintah
Indonesia telah mengumumkan pemindahan ibukota negara Republik Indonesia.
Gagasan rencana pemindahan ibukota negara bukanlah gagasan baru bahkan telah
terjadi sejak era presiden Soekarno yang kala itu menghendaki ibukota berada dipulau
Kalimantan.
Keputusan
yang diambil oleh pemerintah dalam memindahkan ibukota telah mempertimbangkan beberapa
aspek penting untuk mengurangi beban ibukota mengingat Jakarta dengan berbagai
kompleksitasnya seperti banjir,
kemacetan, polusi, penurunan permukaan tanah yang terjadi setiap tahun.
Sebagai bagian identitas sebuah negara, ibukota merupakan
karakteristik multifungsi sebuah kota seperti pusat bisnis, diplomatik antar
negara, pusat ekonomi sehingga seringkali membuat ibukota menjadi sasaran utama
kota urbanisasi. Kepindahan ibukota negara merupakan satu langkah besar untuk mengurangi
beban kota DKI Jakarta sebagai pusat bisnis dan pemerintahan. Harapan kepindahan
ibukota tentunya bukan sekedar pemindahan pusat pemerintahan semata, namun dapat
menimbulkan multiplier effect bagi rakyat indonesia.
Pemerataan dan pembangunan ekonomi merupakan goals utama yang
ingin dicapai pemerintah ketika benar-benar optimal dalam membangun ibukota baru.
Biaya pemindahan ibukota baru disinyalir membutuhkan 400 triliyun rupiah.
Memang biaya tersebut cukup mahal, namun apakah kita terus ingin pertahankan
kota Jakarta sebagai ibukota ditengah tingginya arus urbanisasi dengan berbagai
persoalan klasik lainnya yang tidak kunjung selesai pada setiap tahun.
Urbanisasi ke Jakarta bukan tanpa alasan mengingat denyut
ekonomi Indonesia berada di jakarta dan sekitarnya, atau secara umum berada
dipulau Jawa. Alhasil pembangunan infrastruktur untuk pendukung kegiatan
ekonomi terpusat di Jawa.
Perpindahan ibukota negara diharapkan dapat menimbulkan
multiplier effect berupa meningkatnya mobilitas pembangunan apalagi dengan
ditopangnya infrastruktur yang selama ini terpusat dipulau jawa. Percepatan
pertumbuhan ekonomi didukung oleh para investor yang memang dilibatkan oleh
pemerintah dalam skema pembangunan.
Pembangunan infrastruktur diharapkan bisa memicu turunnya
ketimpangan didaerah luar pulau jawa dan menggerakkan roda-roda perekonomian.
Ada banyak jenis pekerjaan yang bisa dibuka oleh pemerintah. Sebab, sebuah kota
yang dihadapkan pada kondisi sedang membangun membutuhkan tenaga kerja yang
lebih banyak. Bila dioptimalkan dengan baik jadi sebuah momentum kesempatan menurunkan pengangguran dan sentralisasi
pembangunan.
Disisi lain pemerintah bisa mendesain kota yang ramah
lingkungan berbasis energi bersih. Desain dan perancangan bisa dilakukan sejak
dini dengan mudah mengingat jumlah penduduk dipulau Kalimantan yang disinyalir jadi
tujuan ibukota baru belum terlalu ramai dihuni penduduk.
Energi terbarukan merupakan sebuah opsi yang bisa
diimplementasikan oleh pemerintah dalam kebutuhan energi seperti penggunaan transportasi
publik berbasis ketenagalistrikan untuk mencapai sebuah kota ramah lingkungan
secara terintegrasi, sudah sekiranya ibukota negara memiliki tempat tinggal
yang nyaman terlebih bebas polusi seperti yang terjadi dikota Jakarta.
Akselerasi pembangunan ekonomi di ibukota baru harus
mengkombinasikan antara fasilitas
infrastruktur dengan tingkat harga barang yang terjangkau di kalangan
masyarakat. Sebab untuk menjaga stabilitas perekonomian haruslah menjaga harga
yang terjangkau agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pokok. Harga yang
tinggi dan tidak bisa dijangkau oleh masyarakat bisa memicu timbulnya orang
miskin baru, hal inilah yang dirasakan oleh masyarakat di pulau kalimantan
dimana tingkat inflasi harga sebuah barang sangat tinggi. Tentunya pemindahan
ibukota ke pulau kalimantan merupakan sebuah langkah strategis jangka panjang
dalam menghilangkan Indonesia sentris yang selama ini kita rasakan.
Terlebih semua itu dapat terwujud dengan megakselerasikan
antara penyediaan fasilitas infrastruktur tepat guna, desain kota bersih dengan
energi terbarukan dalam upaya menghilangkan problematika ibukota jakarta selama
ini.
Penulis :
EGI FERDIAN
Mahasiswa Ekonomi Universitas Pertamina
0 komentar:
Posting Komentar